Senin, 11 Januari 2016

HOBBY

MUSIC

1. Nada Dasar
Untuk merekam karya multitrack baik itu untuk keperluan demo ataupun master perhatikan poin pertama ini. Biasanya dalam sebuah band ada satu atau dua orang yang paling produktif dalam menciptakan karya. Jika sang vocalist maka dia akan langsung bisa mengukur range vocalnya bermain dinada dasar apa. Tapi jika dia player instrument biasanya cendrung mengambil inisiatif sendiri dalam menentukan nada dasar. Proses jamming setelah karya lagu itu dibuat boleh saja sudah dilakukan, live dalam studio rehearsal ataupun cuma genjrang genjreng dikamar. Perhatikan lebih detail bagaimana sang vocalis membawakannya. Apakah terlewati dan tersampaikan dengan aman semua notasi-notasi vocalnya? Karena sering sekali saya jumpai pada saat latihan sampai proses bikin guide sang vocalist hanya menyanyikan asal-asalan sekedarnya saja, begitu semua instrumen kelar direkam masuk sesi vocal barulah terdengar letak cacatnya sang vocalist akibat salah menentukan nada dasar dan akhirnya sang vocalist gagal meskipun instrumen sudah tertata rapi dalam susunan aransmen. Mau dibikin bagus ya harus take ulang (retake)! Makan waktu lagi, tenaga lagi, dan biaya lagi jika proses recordingnya menyewa studio. Apa tidak ada teknologi yang bisa mengatasi ini? Jawabannya ada. Tapi silahkan dicoba mentranspose track audio dinaikkan atau diturunkan sekitar 1 atau 2 nada. Maka yang kalian rasakan sama saja dengan merubah pitch basic cord pada alat karoke..kebayang kan? Untuk instrument piano atau synth yang menggunakan midi virtual instrument atau soft synth bisa tidak jadi masalah karna semua masih bisa di adjust transpose. Tapi iuntuk strument melodis yang ditake manual dengan input audio jalan keluarnya tetap harus retake. Maksimalkan pencarian nada dasar ini untuk mendapatkan keharmonisan dan dinamika pada vocal. Jika terbentur di teknis permainan seperti harus open strings pada gitar atau semacamnya solusinya gunakan teknik drop tuning atau bisa juga dengan menggunakan capo.

2. Tuning
Pada bagian ini ada 3 macam intrument utama yang harus diperhatikan masalah tuning nya yaitu gitar, bass dan drum.
Pada gitar dan bas yang memiliki dawai stem lah tiap senar pada nada yang sudah ditentukan. Bisa jadi tuning dasar standard on E atau drop D. Perhatikan frequensi tuner berada di 440 hertz karena itu adalah patokan standard nya. Jika bergeser nanti akan terjadi selisih tune antara satu instrumen dengan instrumen lainnya terutama dengan piano & synth yang bebasis digital. Yang paling akurat menggunakan tuner analog yang memakai parameter jarum. Kemudian cek nada senar hingga oktaf atas misal di fret ke 12 apakah sudah sama dengan posisi nada di open strings? Jika belum maka kita harus meng adjust master tune yang terdapat pada bridge sadle string gitar atau bass. Mundurkan sadle jika pitch senar lebih tinggi saat di petik pada fret 12 dan sebaliknya majukan sadle jika pitch senar lebih rendah. Kasus ini sering dijumpai pada saat merekam sesi gitar rytm gitar terasa pada posisi on tune kemudian begitu masuk sesi lead yang bermain dioktaf tinggi tune gitar terdengar fals. Kemudian pada instrument drum pastikan semua kit pada posisi on tune. Dengarkan satu persatu, jika ada head yang terdengar bindeng atau tidak stem mulailah meng adjust tensi head tersebut. Jika sebagai drumer kurang pandai atau tidak bisa menyetem head mintalah engineer studio atau rekan yang menguasai hal ini. Mau lebih faham tentang tuning drum silahkan berburu sendiri ilmunya karna di internet sudah sangat banyak. Bagi yang proses drum trackingnya menggunakan virtual saya tidak akan banyak berkomentar karna drum digital sudah pasti on tune jadi tidak ada proses pembelajaran yang didapati seperti pada drum akustik yang sesungguhnya. Untuk instrument lain sudah pasti harus on tune terutama instrumen bernada seperti violin, viola, cello, atau acoustic piano yang menggunakan dawai sebagai sumber suaranya. Dengan kata lain kesiapan instrument adalah prioritas penting dalam produksi musik perhatikan kondisi teknis serta kondisi fisik intrument misal senar atau membran yang harus baru tidak uzur. Wiringnya dalam kondisi sehat tidak terjadi disconect atau trouble2 lainnya. Jangan sampai kondisi instrument yang tidak on tuning apalagi tidak sehat fisiknya dipaksakan untuk berproduksi! Yang ada nanti terdengar kejanggalan seperti nada fals, noise, tone drum kit tidak enak atau tidak berasa dsb seperti yang sering kita jumpai pada kebanyakan demo2 lagu amatir.
3. Guide track
Bikin guide asal urutannya sudah benar dan on tempo saja itu sudah cukup. Begitulah mitos yang paling sering dijumpai. Asal kalian tau pondasi awal sebelum sesi drum track direkam adalah guide track. Ibarat melukis guide itu sebagai sketch meskipun cuma pakai pensil dan akan tertimpa atau terhapus tapi itulah panduan utama agar gambar terbentuk dengan rapi dalam hal ini yaitu kompisi aransmen dan beat drum. Mayoritas jika yang garap lagu adalah band maka guidenya adalah rytem gitar, bisa akustik ataupun elektrik. Namun ada juga sebagian kecil yang memakai track piano. Gampangnya sebagai contoh kita pakai gitar saja. Hafal urutan saja tidak cukup, butuh permainan yang on tempo jelas itu pasti jika kita melakukan recording multitrack yang tiap instrumen melakukan sesi rekam diwaktu yang tidak sama atau tidak barengan. Tapi perhatikan detail beat drumnya ada bagian yang bermain 1/2 ketukan, 1/4 atau 1/16 pahami tiap lekuk dan patahan yang telah dibuat oleh sang drumer. Minta drumer untuk mendampingi pada saat merekam guide. Meskipun si drumer handal dan band sudah latihan dengan sangat matang tetap saja akan berpengaruh buruk jika pada saat si drumer take mendapati bagian2 yang janggal pada track guide yang didengarkannya. Itu bisa berakibat fatal atau bahkan bisa merubah ketukan yang sebenarnya sudah dipola sedemikian rupa oleh si drumer. So bermainlah rytem yang detil meski itu cuma guide. Rasakan grove lagunya dan presisikan letak break, singkup atau patern-patern yang ada dalam aransmen.
4. Bit dept & Sample Rate
Sebelumnya mari kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan Bit dept dan Sample Rate?
Bit dept Bit adalah unit terkecil dari informasi yang dapat dimengerti oleh komputer. Bit menyatakan 2 keadaan; “Ya” dan “Tidak” (dalam istilah lain Positif/negatif, atau dalam notasi angka 0/1). Informasi-informasi dalam komputer ditangani dengan cara menerangkan sesuatu dengan “Ya” atau “Tidak”. Dalam dunia digital baik gambar atau file audio disimpan secara digital pada komputer yang diwakili oleh serangkaian bilangan angka 1 dan 0. Kelompok ini 1s dan 0s dikenal sebagai bit dan itu adalah jumlah bit yang digunakan yang menentukan seberapa rinci gambar (atau audio) yang dihasilkan. Bingung?? Pasti..hehe.. Gampangnya sebagai analogi bedakan sajakualitas grafis pada game nintendo 16 Bit dengan grafis game masa kini yang 64 Bit. Atau coba dengarkan hasil audio rekaman menggunakan voice recorder pada handphone yang hanya menggunakan 8bit.
Kemudian Sample Rate adalah jumlah “snapshot” dari sampel audio yang di sampling  (direkam) setiap detik. Stream audio kontinus dikodekan secara digital dalam cara yang mirip dengan kamera film menangkap gerak dengan merekam sebuah frame gambar berulang kali per detik (frame rate). Sebagai ilustrasi yang disederhanakan, jika anda merekam seorang pelari dengan frame rate 30 frame per detik. Kamera anda hanya akan menangkap sebanyak 30 frame atau gerakan dari pelari itu setiap detik nya, walaupun sebenarnya pelari itu melakukan gerakan yang lebih banyak dari 30, misal 60. Nah dengan meningkatkan frame rate jadi 50 frame per detik, maka kualitas video yang di hasilkan akan lebih halus karena merekam lebih banyak frame dan mendekati gerakan aslinya. Begitupun pada digital audio, sample rate yang tinggi (dan juga bit depth), akan mewakili sumber bunyi yang direkam secara lebih akurat. Diagram berikut ini membantu untuk menggambarkan hal ini. Kurva dapat dianggap sebagai suara asli sedangkan kolom dapat dianggap sebagai data digital berusaha untuk mewakili suara asli.
samplerate
Nah dari penjelasan diatas semoga bisa dipahami mengenai Bit dept dan Sample Rate. Keduanya jelas punya korelasi yang tak terpisahkan dimana Bit dept mengacu pada jumlah bit yang Anda miliki untuk menangkap sinyal audio dan sample rate adalah jumlah kali audio diukur (disampel) per detik, dengan contoh pada 96kHz adalah 96000 irisan audio sampel setiap detik. Lalu sebaiknya harus merekam dengan Bit dept dan Sample Rate berapa?? Simpel saja semakin tinggi maka semakin baik resolusi suara yang dihasilkan pada format digital yang kita rekam. Keuntungan terbesar rekaman pada bit depth yang lebih tinggi adalah headroom ekstra yang tersedia selama proses mixing berkaitan dengan dynamic range dan floor noise dari sebuah system digital recording. Jumlah tambahan nilai yang mungkin untuk level indicator Anda memberikan dynamic range yang lebih baik dan menurunkan floor noise. Ini sangat jelas untuk pengguna karena level ditunjukkan dalam desibel yang merupakan unit logaritmik dari intensitas bunyi atau dengan kata lain desibel adalah rasio daripada nilai yang didefinisikan. Sekali lagi ini adalah yang terbaik digambarkan oleh diagram. Tapi ada banyak pertimbangan yaitu kembali pada kebutuhan dan tujuannya. Jika ingin membuat karya musik untuk format CD sebaiknya merekam minimal di 16bit/44.1kHz. Untuk kebutuhan audio profesional yang diproses di recording studio profesional juga umumnya memakai Bit dept dan Sample rate tinggi seperti 24bit/88.2kHz untuk audio dengan tujuan format akhir CD dan 32bit/96kHz hingga untuk audio dengan tujuan format akhir DVD atau 32bit/192kHz untuk kebutuhan multimedia lainya yang membutuhkan high definition audio format. Yang jelas Audio interface atau soundcard kita harus support dengan Bit dept dan Sample Rate yang kita inginkan, kemudian media storage atau hard disk harus mencukupi untuk kebutuhan audio recording tersebut, karena semakin besar Bit dept dan Sample Rate maka semakin besar pula file yang dibuat untuk mensample audio tersebut. Pilihan terbaik adalah untuk membekali diri Anda dengan pilihan, belilah audio interface atau soundcard dengan bit depth yang lebih tinggi misal support 24 bit, tetapi gunakan hanya bit depth yang lebih tinggi jika Anda tahu project Anda akan mendapatkan keuntungan dari itu. Lalu cara terbaik adalah untuk tidak merekam pada sample rate dibawah 44.1k karena  formula dari “Frekuensi Nyquist” yang menunjukkan bahwa bandwidth audio dari sinyal sampel dibatasi setengah dari sampling rate. Dan mengurangi sample rate akan mengurangi kualitas suara dan bandwidth, dan karena itu hanya harus digunakan bila benar-benar diperlukan, seperti untuk streaming internet atau voice-only seperti podcasting.
5. Koneksi
Dalam hal ini item yang paling berpengaruh penting adalah kabel berikut dengan conectornya (jack). Benda inilah yang membawa apa yang kamu mainkan pada instrument untuk diproses melalui perangkat prosesor suara dan kemudian diterima oleh coverter untuk direkam sebagai track audio. Gitar boleh mahal, efect pun produk highend, soundcard berkelas tapi kabel pake produk palsu yang harganya 5 ribuan permeter..duh!
Kenapa harus menggunakan kabel dan jack yang bagus? Karena berbicara soal penghantar maka hal yang paling mendasar adalah bahan atau material yang mempengaruhi impedance serta nilai hantaran dan hambatan pada material tersebut. Seperti apa kabel dan konektor yang baik? Yang pasti kabel itu tidak dijual dengan harga goceng LoL. Banyak brand2 yang menjadi rekomendasi profesional audio yang beredar dipasaran dengan harga terjangkau sebut saja Canare yang paling banyak produk palsunya, kemudian ada Mogami yang jarang dipalsukan. Pada konektor ada Neutric, Amphenol dan Biema yang selama ini menjadi handalan profesional audio khususnya ditanah air. Terjangkau, memiliki sertifikasi standard, material atau bahan tidak diragukan dan ketahanan masa pakai juga oke.
6.Input slots
Pada converter audio atau souncard terdapat beberapa slot input dan output. Ada Mic in, Instrument in dan Line in. Nah jangan salah colok kawan. Perhatikan tiap-input memiliki fungsi yang berbeda karena nilai impedance dari masing-masing source juga berbeda. Pelajari dimanual book produk yang kalian punya kalau mau lebih jelas. Disini saya hanya memberikan sedikit panduan untuk menempatkan input sesuai dengan fungsinya masing-masing. Perhatikan interface kalian, jika input slot keterangannya adalah Mic in maka itu hanya diapakai untuk mic karena interface yang menyediakan Mic in sudah pasti memiliki build in preamp didalamnya. Slot tersebut memakai conector XLR female. Untuk instrument dicolokan ke Instrument in atau biasanya di istilahkan dengan Hi-Z. Input khusus intrument ini memiliki impedance yang di bost sebesar 4db. Pada interface yang tidak memiliki instrument in dibutuhkan direct box untuk mengangkat sinyal instrument seperti gitar, bass atau kyboard kemudian output direct box tersebut di plug ke mic ini. Jika menggunakan processor sepeti preamp atau compressor pada channel microphone maka koneksinya ke input Line in, karena preamp sudah terproses diluar interface jadi hanya butuh jalur input dengan impedance normal untuk masuk ke converter. Silahkan pelajari lagi tentang koneksi interface bisa dari sumber lain ataupun manual book dari produk yang kalian punya. Jadi tidak akan terjadi koneksi yang keliru pada proses recording musikmu. Yang bisa menyebabkan gain sangat kecil atau bisa juga over akibat salah colok.
7. Input Level
Buat temen-temen yang sudah memahami tentang dasar rekaman digital pasti sudah tau dengan yang namya peak meter. Posisinya berada pada tiap channel mixer audio. Ada 3 bagian yaitu input channel, track channel dan output chanel (master out). Memang sebagai acuan ketika sinyal audio yang melewati metering tidak peak atau overload itu bisa dikatakan aman. Jadi sering saya jumpai banyak yang merekam audio track pada level hot yaitu sekitar -2 samapi -5db peak, lebih gampangnya lagi terlihat di waveform nya tebal alias besar. Level yang semestinya adalah antara -12 sampai -16db peak. Bisa kita uji pada sebelum memulai tracking perhatikan parameter angka yang terdapat pada chanel fader di input mixer DAW. Simpelnya ada 2 alasan kenapa harus berada dilevel aman tersebut. Pertama untuk menjaga jika sewaktu kita memainkan instrument dengan dinamik yang keras maka audio yang terekam tidak peak tetap berada pada level aman. Kedua Jika multi track yang terekam semua pada level tinggi maka pada proses mixing dan mixdown akan dilakukan pengurangan atau menurunkan fader master out yang sebenarnya itu akan mengurangi gain serta saturasi dari keseluruhan track yang akan dirender.
Setelah memastikan hal-hal diatas sudah terkondisikan dengan baik dan benar silahkan merekam karya dan silahkan berimajinasi dengan musik kalian. Setidaknya poin-poin diatas sudah bisa dijadikan acuan penting selain teknis-teknis lainnya mengenai istrumen dan teknis recording yang mungkin sudah temen-temen kuasai. Sebenarnya jika berbicara tentang audio recording masih banyak lagi hal-hal penting yang harus diperhatikan dan diperhitungkan seperti akustik ruangan, monitoring, hardware processor serta penguasaan teknis-teknis lainnya yang lebih mendalam. Dan jika diurutkan prioritas pertimbangan dalam audio recording adalah Acoustic treatment, alat, kemudian SDM. Semuanya saling berkesinambungan. Tapi alat semahal apapun dan SDM sehebat apapun tidak akan berperan maksimal tanpa acoustic treatment yang memadai karena ruanganlah yang akan membawa apa yang diposes pada perangkat auido yang kemudian dikeluarkan oleh monitor speaker untuk didengarkan kuping kita. Jadi jangan heran jika hasil mixing atau mastering yang sudah kita rasa aman begitu didengar di media lain atau tempat yang berbeda akan terasa lain dan terlihat kekurangan-kekurangan akibat treatment ruangan yang tidak menghantarkan frequensi dengan benar.
8. Sustain
Pada proses multitrack recording dimana instrumen tertentu memainkan part-part dan sound yang berbeda seperti gitar atau synth memerlukan sustain yang cukup. Kecuali memang patern aransmennya dibikin stac tanpa sustain. Misal pada intro rytem gitar dengan sound overdrive kemudian masuk ke bagian song verse yang bermain hanya bass, drum dan gitar akustik. Maka track gitar overdrive harus mengakhiri permainannya pada chord pertama verse dimulai, dan sustain harus cukup hingga 4 bar. Bisa lebih jika yang dibutuhkan memang sustain yang panjang asal tidak mengganggu atau tidak menabrak dengan pola cord yang dimainkan istrument lain. Contoh lain pada bisa juga pada ending lead guitar atau synth. Juga pada ending song jika polanya sustain maka semua instrumen yang bermain pasa part coda baik rytem maupun fill in harus dibikin sustain pada endingnya dan untuk drum sustainnya berupa suara cymbal.
9. Ide yang terlambat adalah penghambat
Pasti teman-teman sering mengalami hal seperti ini. Disaat materi lagu sudah jadi dalam bentuk final master kemudian mulai mengevaluasi lalu menemukan ide baru yang lebih menarik berupa isian-isian instrument pada track lagu terebut. Nah awas ide kalian memang bisa jadi lebih bagus apabila di realisasikan tapi itu juga menghabat untuk kalian bergerak maju. Waktu, fikikiran, tenaga dan biaya akan terbuang disaat kita sebenarnya sudah harus melakukan aktifitas lain seperti membuat karya baru, mensosialisaikan atau memasarkan karya tersebut dsb. Coba biarkan apa yang sudah kita kerjakan dan kita tuangkan dalam karya-karya kita sebelumnya menjadi proses pembelajaran untuk kedepannya. Perfeksionis itu wajar dalam berkarya tapi jika terlalu memikirkan detail cendrung akan mengabaikan hal-hal lain yang sebenarnya juga tidak kalah penting. Karya yang sudah jadi harus di eksekusi demi kelanjutan karir bermusik kita. Kecuali jika tujuan bermusiknya hanya sekedar untuk hoby atau hanya untuk mencari kepuasaan berkesenian. Persiapkanlah dari awal apa yang akan kita rekam. Setelah karya itu jadi biarkan itu menjadi bagian yang sudah kita lalui. Terus bergerak maju dan jangan berkutat di lingkaran itu itu saja.
Setelah memastikan hal-hal diatas sudah terkondisikan dengan baik dan benar silahkan merekam karya dan silahkan berimajinasi dengan musik kalian. Setidaknya poin-poin diatas sudah bisa dijadikan acuan penting selain teknis-teknis lainnya mengenai istrumen dan teknis recording yang mungkin sudah temen-temen kuasai. Sebenarnya jika berbicara tentang audio recording masih banyak lagi hal-hal penting yang harus diperhatikan dan diperhitungkan seperti akustik ruangan, monitoring, hardware processor serta penguasaan teknis-teknis lainnya yang lebih mendalam. Dan jika diurutkan prioritas pertimbangan dalam teknis audio recording adalah Acoustic treatment, alat, kemudian SDM. Semuanya saling berkesinambungan. Tapi alat semahal apapun dan SDM sehebat apapun tidak akan berperan maksimal tanpa acoustic treatment yang memadai karena ruanganlah yang akan membawa apa yang diposes pada perangkat auido yang kemudian dikeluarkan oleh monitor speaker untuk didengarkan kuping kita. Jadi jangan heran jika hasil mixing atau mastering yang sudah kita rasa aman begitu didengar di media lain atau tempat yang berbeda akan terasa lain dan terlihat kekurangan-kekurangan akibat treatment ruangan yang tidak menghantarkan frequensi yang benar. Anggap saja bagian penutup ini sebagai bahan acuan poin ke 10 yang tidak kalah krusial dan harus dipertimbangkan untuk jangka kedepan dalam proses bermusik teman-teman semua.
0
Image
Band merupakan kelompok atau group musik yang terdiri dari beberapa pemain alat musik (player) dan penyanyinya (vocalist). Seperti itulah pengertian dari Band pada umumnya. Berbicara tentang Band ada banyak sekali pola formasi personil. Secara konvensional ada vocalist, guitarist, bassist, keyboardist, dan drumer. Pada genre musik tertentu ada juga pemain alat yang tidak biasa atau non konvensional seperti pemain brass pada musik ska, DJ pada musik Hip Metal, atau pemain perkusi pada musik jazz dan latin. Mengenai jenis atau aliran musik band juga ada banyak sekali varian genre yang ada hingga saat ini. Mulai dari genre era lama (oldiest & oldskull) yang dihidupkan kembali, genre pencampuran era lama dan baru (post era), genre musik populer modern hingga genre musik yang benar-benar terbilang baru yang masih terasa asing.
Disini saya tidak banyak mengupas tentang perbendaharaan genre atau detail dari masing-masaing genre melainkan hanya berbicara tentang karakter dari beberapa genre yang disampaikan melalui corak-corak sound yang mewakili dari setiap jenis-jenis genre tersebut. Berdasarkan dari pembelajaran dan pengamatan terhadap karya-karya pada suatu genre dari berbagai era, yang kemudian akan diaplikasikan dan diproses melalui instalasi manual dengan peralatan asli atau real rigs. Meskipun pada dasarnya tidak ada pedoman atau aturan baku yang mengatur bahwa genre A karakter soundnya harus seperti ini dan lain sebagainya, tetapi setidaknya ada corak dan karakter yang harus di pelajari serta dipahami agar apa yang kita tuangkan melalui melalui karya seni suara tersebut dapat menyatu dengan jiwa dari genre musik yang kita bawakan. Oke saya akan mulai dengan beberapa contoh sound pada gennre-genre dibawah ini.
ROCK
Disini kita akan bahas untuk konsep sound musik rock secara general. Walaupun didalamnya terdabat beragam sub genre yang tidak bisa disamakan antara yang satu dengan yang lain. Seperti Rockabilly, Rock n Roll, Rock Classic, Hardrock, Emo Rock, British Rock, Punkrock, Hiprock, Space Rock yang masing2 punya corak dan defenisi yang berbeda. Berasal dari bahasa Inggris (Batu) yang mewakili secara filosofi bahwa musik Rock adalah musik yang keras seperti batu. Musik rock lebih lugas dalam menyampaikan pesan-pesannya baik itu pada lirik maupun musik. Mengenai sound jangan dulu ber ekspektasi sempit bahwa musik Rock harus memiliki sound distorsi gitar, walaupun distorsi gitar itu sendiri memang bagian yabg identik pada musik ini. Mari menalaah lebih dalam tentang struktur sound pada karya-karya musik rock yang menjadi refrensi atau mahakrya yang kita gunakan sebagai panutan.
•Drum
Dimulai dari sound drum yang cendrung berkarakter puch dengan transient yang sangat tinggi dan cepat. Pada kick lebih dominan di sound beaternya yaitu (dig) bukan roomy dari rongga bass drumnya (dum) meskipun frequency sub 40 – 60Hz tetap harus terasa. Pada snare lebih cendrung tarasa fast attack, minim sustain (tak / dak). Biasanya jika menggunakan tuning nada maka patokannya bottom snare atau resonant tuning di E dan top membran nya atau batter head tuning di D atau C. Namun tuning dengan nada tsb tidaklah mutlak, semua bisa diolah berdasarkan selera dan kebutuhan. Untuk kit lainnya bisa menyesuaikan dengan colur kick dan snare tentunya disesuaikan juga dengan taste kita. Kemudian proses reproduksi suara untuk semua kit ditodong dengan microphone berkualitas bagus yang sesuai untuk karakter masing-masing kit. Ditambah dengan ambiance mic seperti overhead dan room.
•Bass
Pada bass soundnya lebih berasa hot, tight dan solid dengan rentang frequensi yang disesuaikan kebutuhan pada mix komposisi. Ada jenis musik rock yang bass nya bermain di lowrange ada juga yang bermain di mid serta hi range, tetapi dominannya di musik rock lebih menonjolkan frekuensi mid atau hi. Biasanya untuk kebutuhan sound seperti ini instrumen menggunakan active internal wiring yang sifatnya juga optional bisa berada di instrumen bassnya atau pada amplifikasi. Misal pada bass memakai komponen aktif bartolini atau menggunakan ampli Hughes & Kettner yang memiliki power dan preamp solidstate dengan switch Eq diaktifkan. Kemudian otputnya dikeluarkan oleh cabinet speaker 4×10 + horn dan menggunakan microphone dynamic atau condencer untuk reproduksi suaranya. Banyak juga yang menggunakan external booster biasa dikenal dengan stompbox preamp seperti contoh produk yang familiar digunakan yaitu Tech 21 SansAmp atau Hartke Bass Attack. Dari berbagai macam rangkaian rigs terebut tentunya yang dicari adalah karakter yang sesuai dengan taste sang bassit. Pengen karakter yg clean dan solid (paramore) atau karakter lowrange tapi dirty (muse), atau mid & hirange dengan layer overdrive yang tipis (blink) silahkan berkreasi untuk menciptakan karakter kalian masing2 sebagai bassist.
•Gitar
Instrumen inilah yang dominan menjadi sorotan pada genre musik rock. Dimana gitar memainkan patern yang kuat dengan hingar bingar sound yang menggelegar ditambah lagi dengan lead yang menyayat. Namun tidak cukup sekedar itu. Mari mengkaji sound pada istrumen ini sedikit lebih detail. Gitar merupakan instrumen yang unik karna karakternya ditentukan dari kesemua rangkaian peralatan (total rigs). Instrumen ini tidak cukup diwakili oleh karakter pickup atau konstruksi gitar saja, atau tidak cukup hanya dengan gitar dan efek distorsi melainkan harus melalui proses amplifikasi yang baik untuk mendapatkan output yang ideal. Coba saja direct output gitar kalian langsung ke power speaker atau mixer pasti suara yang terdengar akan pecah apalagi jika melewati stompbox distortion yang tidak ada cabinet simulatornya. Nah pada musik rock bisa menggunakan ampli solidstate ataupun tube. Ada banyak macam jenis ampli yang cocok tinggal penyesuaian cita rasa dan kebutuhan musiknya. Misal genre yang kita usung adalah modern rock bergaya american bisa menggunakan ampli hi gain seperti Peavey atau Messa Bogie. Atau musik kita ingin menonjolkan soud distorsi british yang kental bisa menggunakan ampli Marshall atau Orange. Untuk setting ampli stack yang head cabinetnya terpisah tidak ada patokan terhadap brand seperti Marshall harus menggunakan cabibet Marshall dsb. Bisa kita kombinasikan misal head JCM 900 di koneksikan dengan cabinet Messa 4×12 untuk mendapatkan karakter sound yang solid dengan rentang frequensi yang lebih lebar, bottom atau frequensi low yg lebih berasa dan frequensi hi serta presence yang lebih detail tidak cempreng dan tidak dominan di midrange saja. Eksplorasi apapun bisa kita lakukan dengan kombinasi head, cabinet, stompbox boster distorsi ataupun overdrive, ditambah lagi dengan berbagai eksperimen di proses miking bisa dengan mic dynamic, condencer, ribbon atau bisa juga dengan memadukannya dengan berbagai macam teknik miking.
Di era digital sekarang ini sudah sangat banyak rig virtual yang mensimulasikan proses sound gitar pada sistem komputer dan bisa digunakan pada bermacam-macam DAW. Untuk proses recording simulasi digital tersebut sudah bisa dibilang lumayan bagus, namun untuk kebutuhan live kalian perlu berfikir 100kali untuk menerapkan rig gitar melalui deskstop pc atau notebook di instalasi panggung. Sekedar untuk belajar tidak ada salahnya menggunakan software-software tersebut namun untuk karya yang lebih serius rasanya seperti tidak ada kebanggan jika sound gitar pada karya lagu-lagu kita diproses melalui software. Walaupun pilihan dari gears yang kita punya atau yang pihak studio sediakan tidak sebanyak yang ada di software tetapi dari situ akan ada kepuasan dan keistimewaan yang merupakan bagian sejarah dari proses produksi karya yang buat karena langsung mengotak-atik peralatan secara eksperimen. Try and error bukan sekedar gonta ganti preset. Selain itu sesempurna apapun teknologi virtual jelas tidak akan bisa menyamai keistimewaan teknologi analog yang serba manual, terutama pada instrumen gitar. Silahkan buktikan sendiri hasil reproduksi suara ampli dengan speaker asli akan terasa beda pada artikulasi juga pada kedalaman resolusi suaranya. Mari dengarkan karya-karya band western yang sound gitarnya bisa terasa jelas meskipun balancing placement suaranya tidak ngotot mendominasi didepan.
Selain itu ada juga rigs gitar yang menggunakan teknologi hybrid yaitu peralatan analog yang didalamnya terdapat processor digital. Banyak terdapat pada amplifier masa kini seperti produk Marshal MG Series atau Line 6 Spider series. Ada juga dalam bentuk rack processor dan ada juga yang berbentuk floor processor berdisain combo untuk penggunaan yang praktis di panggung. Beberapa brand handal yang bermain di teknologi ini antara lain Line 6, Digitech dan Rocktron. Rigs hybrid tersebut cukup recommended karna sudah di disain sedemikian rupa untuk kebutuhan live maupun recording baik itu perhitungan komponennya maupun disain konstruksi fisiknya sehingga memudahkan para gitaris untuk megaplikasikan dipanggung maupun distudio recording. Kesimpulannya untuk sound gitar rock distorsi atau overdrive merupakan warna utama dari sound gitar yang nantinya akan mewakili corak warna dari musik kita. Entah itu higain, british atau american distortion, hot overdrive atau dirty fuzz dsb, tentukan mulai dari sekarang warna distorsi gitar kalian.
•Piano & Synth
Di era rock terdahulu fungsi instrument ini hanyalah pelengkap untuk memoles komposisi aransmen agar lebih tercipta nuansa yang diinginkan. Tapi di era rock masa kini instrument synthesizer ada yang menjadi instrument utama atau dominan. Menambah keistimewaan tersendiri dari musik yang diusung band, dengan sound-sound yang lebih variatif dan unik, ditambah dengan patern-patern yang kreatif serta eksplorasi yang tiada batas menjadikan musik rock tersebut terasa lebih dinamis dan futurustik contohnya Carparknorth dan Muse. Ada juga yang menempatkan synth hanya sekedar pemanis memainkan lead2 pendek atau blocking cord sebagai layer saja biasanya. Sound-sound yang banyak digunakan pada musik rock yaitu dikategori hard lead, arpegio, string section, organ, matrix sequencer dan stacato pattern. Untuk mendapatkan sound maksimal tentulah dibutuhkan peralatan yang handal pula sepeti analog synth, electric piano atau digital synth dengan seri yang profesional. Jadi jangan heran jika ada yang mentertawakan jika band rock manggung di event yang besar tapi pemain keyboard/synth nya membawa keyboard workstation yang biasa dipakai untuk pentas organ tunggal :D
•Vocal
“The colour and the character is your vocalist” cukup sesimple itu karena vocal adalah suara yang dihasilkan dari proses pada organ tubuh manusia . Jika band kalian yang mendirikan adalah vocalist maka sesuaikan corak sound dan warna musik kalian kepada warna dan karakter sang vocalist. Jika kalian akan membentuk band dengan konsep musik dan sound yang sudah matang namun belum memiliki vocalist maka pilihlah vocalist yang sesuai. Jangan sampai salah pilih misal vocalist wedding singer atau anak paduan suara ditarik buat jadi vocalist rock! Jadi lucu donk nanti malah terlalu rapi dan terkesan formal tidak ada improvisasi yang bebas serta raw suara yang mewakili hasrat rock kalian. Kecuali yang kalian pilih tersebut memang vocalist yang multi genre. Namun harus di ingat kembali ke quotes diatas karna warna dan karakter ditentukan oleh si manusia sebagai vocalist maka selektif lah dalam memilih vocalist tak cukup sekedar bakat untuk bisa menyanyikan lagu2 rock tetapi jiwa dan attitude juga harus ngeRock karna gimanapun juga vocalist adalah ikon frontman yang akan dijual sebagai penyampai pesan utama dari materi2 lagu kalian.
Dari ocehan saya diatas tadi intinya marilah menalaah lebih dalam tentang konsep sound pada suatu genre musik band yang akan kita usung. Mulailah mengulik, wakili hasrat dan visi kita melalui karakter sound yang kita pilih. Buatlah sound se khas mungkin ala kita sendiri walaupun dengan masih berkiblat pada refrensi yang kita sukai. Gunakan acuan-acuan diatas sebagai panduan untuk konsep sound musik rock sehingga tidak ada kejanggalan atau kerancuan pada pola sound yang kita tata untuk genre musik yang kita usung. Tapi yang paling penting selain teknis peralatan dan konsep sound adalah the man behind the gun!  Semuanya tetap akan kembali kepada kapasitas player sebagai musisi untuk barmain yang baik sesuai dengan genre musik yang dibawakan. Semoga penjelasan-penjelasan yang saya peroleh melalui berbagai pengalaman dan beberapa refrensi ini dapat membantu untuk menemukan pola sound yang akan kalian gunakan. Samapai ketemu di pembahasan lanjutan mengenai “Konsep Sound Dalam Suatu Musik Band – Part 2” yang akan membahas sound pada genre musik lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar